Translate

Kamis, 25 September 2014

AUDIOLINGUAL METHOD


Latar Belakang
Metode audiolingual merupakan sebuah metode yang sudah berkembang selama Perang Dunia II berlangsung. Keikutsertaan Amerika dalam perang dunia II telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pengajaran bahasa di Amerika. Untuk membekali tentaranya dengan personil yang fasih berbahasa lain, maka dibuatlah program training khusus yang bernama Army Specialized Training Program (ASTP) pada tahun 1942. Pada tahun 1943 sebanyak 55 universitas di Amerika mengembangkan program ini dan selanjutnya berkembang dengan nama Audiolingual Method.
Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut:

  • Bahasa adalah lisan, bukan tulisan 
  • Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
  • Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa  
  • Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli      
  • Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda


Pendekatan
  • Teori Bahasa: Teori bahasa yang melandasi lahirnya metode audiolingual adalah linguistik structural. Kaum structural menekankan pada bahasa lisan, dengan keyakinan bahwa kita belajar berbicara terlebih dahulu sebelum belajar bahasa tulis.
  • Teori belajar: Metode audiolingual berdasar pada teori behavioristik yang dikembangkan Skinner. Kaum behavioris meyakini bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah masalah pembiasaan. Dengan pola pikir bahwa dalam proses pembelajaran yang penting adalah stimulus, respon, dan penguatan. 

Desain
  • Tujuan: Brook membedakan ada tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh metode ini. Tujuan jangka pendeknya adalah keakuratan pronunciation dan tujuan jangka panjangnya adalah agar siswa dapat berbahasa seperti penutur aslinya.
  • Model Silabus: Silabus yang diterapkan dalam ALM adalah silabus linguistik  yang berisi hal-hal yang menjadi kunci yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, dan sintaksis bahasa yang diatur urut sesuai dengan urutan pembelajarannya. Keterampilan berbahasa diajarkan secara urut mulai dari listening, speaking, reading, dan writing.
  • Aktivitas: Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran audiolingual pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan (drill). Percakapan berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh penutur asli. Pengulangan dan penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan audiolingual adalah; repetition, inflection, replacement, restatement, completion, transposition, expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan restoration.
  • Peranan Guru dan Siswa: Peran seorang guru seperti seorang pemimpin orchestra yang memerintah dan mengontrol kebiasaan bahasa para siswanya, para guru juga bertanggung jawab dalam memberikan contoh dan model yang baik bagi para siswanya. Sementara itu, para siswa memiliki peranan untuk menjadi imitator dari guru yang memberikan model dan mengikuti petunjuk dari guru.
  • Materi: Metode audiolingual menuntut guru untuk menguasai bahasa target dengan baik. Karena pembelajaran berorientasi pada guru. Buku siswa kadang tidak digunakan. Kaset dan perlengkapan audiolingual berperan dalam proses belajar. Laboratorium bahasa juga dapat digunakan saat praktek listening.

Prosedur
  • Siswa mendengarkan contoh dialog (dibacakan oleh guru atau dari tape, 2 – 3 kali). Lalu siswa mengulang setiap baris dari dialog secara bersama-sama dan individu.
  • Guru memperhatikan pengucapan, intonasi dan kelancaran siswa dalam melafalkan dialog dan langsung mengoreksinya jika terjadi kesalahan.
  • Dialog dihafal baris perbaris dan dipraktekkan
  • Siswa sudah boleh melihat buku teks mereka. Kegiatan seperti reading dan writing akan diberikan ketika siswa telah mahir pada kegiatan listening dan speaking.
  • Rangkaian aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium bahasa.

Kelebihan
  • Secara positif drill dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan oralnya.
  • Metode ini dapat digunakan dalam kelas yang besar.

Kelemahan
  • Peran dan keaktifan guru merupakan hal yang penting dalam metode ini, jadi guru banyak mendominasi kelas.
  • Guru akan mengeluh karena banyaknya waktu yang dibutuhkan, dan siswa cenderung bosan karena kegiatan pengulangan yang terus menerus.

0 komentar:

Posting Komentar