Latar Belakang
GTM dperkenalkan oleh Karl Plotz pada tahun 1819-1881,
metode ini disebut juga classical method karena digunakan
dalam proses belajar mengajar bahasa klasik, Latin dan Yunani, untuk membantu
siswa dalam memahami bahasa asing.
Desain
Tujuan
Pada metode ini, siswa diharapkan bisa menerjemahkan suatu bahasa
ke bahasa lain. Jika bisa menerjemahkannya, maka pembelajaran ini dianggap
berhasil. Kemampuan siswa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa target bukan
tujuan utama yang ingin dicapai pada metode ini melainkan kemampuan memahami
dan menerjemahkan literature.
Aktivitas
Dalam kegiatan pembelajaran biasanya dilakukan dengan menggunakan bahasa
ibu siswa. Aturan tata bahasa dipelajari secara deduktif, siswa belajar aturan
grammar dengan menghafal dan kemudian melakukan latihan grammar dan
menerjemahkan kalimat dari dan ke bahasa target.
Peranan Guru dan Siswa
Peran guru
adalah sebagai pemegang kekuasaan di kelas. Dan peran siswa hanya menuruti apa
yang guru ajarkan, siswa melakukan apa yang yang guru katakan, siswa belajar
apa yang pengajar tahu.
Prosedur
Siswa membaca teks kemudian diminta untuk menerjemahkannya.
Siswa kemudian ditanya dalam bahasa ibu mereka apakah ada sesuatu yang
mereka ingin tanyakan.
Guru meminta siswa untuk mengerjakan soal dari teks yang diberikan tadi.
Guru memeriksa pekerjaan siswa, jika terdapat kesalahan, guru akan
meminta siswa lain untuk memberikan jawaban yang benar, atau guru sendiri yang
langsung memperbaikinya.
Siswa diminta untuk menerjemahkan kata-kata baru dari bahasa ibu ke
bahasa target.
Siswa diberikan aturan grammar dan menghafalnya.
Kelebihan
Para peserta didik mahir dalam menerjemahkan dari dan ke BT.
Para peserta didik hafal aturan-aturan BT yang disampaikan dalam B1.
Kelemahan
Para peserta didik
mendapat materi pelajaran
dalam satu ragam
tertentu yakni ragam sastra, dan ini bukan ragam bahasa sehari-hari.
Terjemahan kalimat dari kalimat sering mengacaukan makna kalimat-kalimat
dalam konteks yang luas.
0 komentar:
Posting Komentar