Translate

Jumat, 26 September 2014

COMMUNITY LANGUAGE LEARNING



Latar Belakang
Community Language Learning pertama kali dikembangkan oleh Charles A. Curran seorang professor psikologi, pada tahun 1961 sebagai upaya untuk mendemonstrasikan hubungan antara siswa dan guru. Pendekatan ini biasa juga disebut dengan metode konseling karena dalam aplikasi teori ini penggunaan tekhnik konseling dalam pengajaran bahasa sangat dikedepankan. Metode ini memberikan tekanan pada peran ranah afektif dalam pembelajaran kognitif.

Pendekatan
-Teori Bahasa
Teori yang mendukung CLL ini ialah holistic approach, pemikiran bahwa apa yang sebenarnya dipelajari oleh manusia pada umumnya itu bersifat kognitif dan afektif. Pelajaran disajikan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu suasana yang memungkinkan pelajar berkomunikasi atau berinteraksi dengan se­sama pelajar secara bebas. Dengan demikian, pelajar mengalami sernua masukan dari luar secara menyeluruh, yakni melalui pikiran (kemampuan kognitif) dan perasaannya (kemampuan afektif).
-Teori belajar
Metode ini mempercayai prinsip “whole person”. Whole person maksudnya guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kepandaian setiap siswa, tetapi juga memahami hubungan antar sesama siswa, baik dari segi reaksi fisik, reaksi naluri mereka, serta keinginan mereka untuk belajar. Menurut Curran, siswa merasa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan memahami perasaan ketakutan dan sensitif siswa, seorang guru dapat menghilangkan perasaan negatif siswa menjadi energi positif untuk belajar.          

Desain

Tujuan
Tujuan metode ini untuk menjadikan siswa mampu menggunakan bahasa target dengan baik, dan untuk menghilangkan kecemasan atau ketakutan (anxiety) peserta didik saat mempelajari bahasa kedua.

Model Silabus
CLL sering di gunakan dalam pembelajaran oral atau kecakapan speaking, tetapi bisa juga digunakan dalam pembelajaran writing sebagaimana telah disebutkan Tranel (1968), CLL tidak menggunakan silabus secara konvensional. Berdasarkan Prosedur yang di rekomendasikan oleh Curran pembelajaran berdasarkan sebuah topik, dan siswa menyampaikan apa yang mereka ingin sampaikan kepada siswa yang lain. Tanggung jawab guru yaitu mempersiapkan pengantar untuk bahan tersebut sesuai dengan tingkat kecakapan siswa sehingga silabus pada CLL timbul dari interaksi antara siswa dan guru.

Aktivitas
Terjemahan. Siswa membisikkan pesan yang ia akan ucapkan, guru menerjemahkan ke dalam bahasa target dan pelajar mengulangi terjemahan guru.
Kerja kelompok. Siswa dapat terlibat dalam tugas-tugas kelompok seperti diskusi kelompok dengan satu topik, menyiapkan percakapan, menyiapkan ringkasan topik untuk presentasi ke kelompok lain, menyiapkan sebuah cerita yang akan disajikan kepada guru dan seluruh siswa.
Merekam. Siswa merekam percakapan dalam bahasa target.
Transkripsi. Siswa menuliskan ucapan-ucapan dan percakapan mereka lalu direkam untuk dipraktekkan dan menganalisis bentuk-bentuk linguistik.
Analisis. Siswa menganalisis dan mempelajari transkripsi kalimat bahasa target untuk difokuskan pada penggunaan leksikal tertentu atau pada penerapan aturan tata bahasa tertentu.
Refleksi dan Observasi. Siswa mencerminkan dan melaporkan pengalaman di kelas mereka.Sebagai kelas atau dalam kelompok.Hal ini terjadi sebagai ungkapan perasaan satu sama lain dan kepedulian terhadap sesuatu untuk dikatakan dan lain sebagainya.
Mendengarkan. Siswa mendengarkan monolog oleh guru yang melibatkan unsur-unsur dari mereka dalam interaksi di kelas.  
Percakapan bebas. Siswa terlibat percakapan bebas dengan guru ata siswa lain.Hal ini mungkin termasuk dalam diskusi tentang apa yang mereka pelajari serta perasaan mereka tentang apa yang telah dipelajari

Peranan Guru, Siswa, dan Materi
Peran utama guru adalah sebagai konselor, artinya guru mengenali bagaimana ancaman situasi belajar yang baru dapat terjadi pada siswa, sehingga guru dapat memahami dan memberi dukungan untuk siswanya dalam usahanya menguasai bahasa.
Siswa sebagai anggota sebuah komunitas dan belajar melalui interaksi dengan siswa lain pada komunitasnya. Siswa diharapkan untuk mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap apa yang disampaikan guru. Dan untuk menjadi counselor untuk siswa-siswa yang lain.
Materi pada metode ini tidak sepenuhnya terpaku pada teks buku, guru bisa mengembangkan sendiri materi tersebut.

Prosedur
  • Satu kelas terdiri dari 6 – 12 siswa duduk dengan membentuk lingkaran.
  • Guru memberi salam, mengenalkan diri dan mempersilakan siswa saling berkenalan.
  • Guru memberi tahu siswa tentang apa yang akan dilakukan, menjelaskan prosedur dan menentukan batasan waktu.
  • Guru berdiri di luar lingkaran dari siswa berada.
  • Tape recorder disiapkan untuk merekam ucapan siswa (yang direkam hanya ucapan bahasa target yang sedang dipelajari yang nantinya akan ditranskripsikan).
  • Siswa melakukan percakapan. Seorang siswa mengucapkan dengan keras pesan menggunakan bahasa pertama. Guru berdiri dibelakang siswa tersebut. Guru memberikan pesan dalam bahasa target.
  • Siswa mengulangi pesan dengan suara yang keras untuk teman-teman dengan menggunakan bahasa kedua.
  • Proses ini dilakukan berulang-ulang serta direkam. Dalam proses ini, guru juga memberi tahu sisa waktu untuk percakapan.
  • Setelah selesai siswa diajak membicarakan tentang perasaan mereka selama percakapan, guru memahami dan menerima semua yang diungkapkan siswa.
  • Ucapan-ucapan ini dimainkan lagi, diterjemahkan kedalam bahasa pertama.
  • Siswa disuruh membuat setengah lingkaran menghadap papan tulis dan ucapan-ucapan yang telah direkam tadi ditranskripsikan.
  • Pada kegiatan Human ComputerTM, siswa memilih frase mana yang ingin mereka latih pengucapannya. Guru mengikuti apa yang diinginkan siswa, mengulangi frase sampai siswa merasa puas dan berhenti.
  • Pada pertemuan yang lain, siswa juga bisa bekerjasama dalam kelompok kecil (tiga orang).
  • Jika ada kesalahan, guru memberikan koreksi dengan cara mengulangi dengan benar kalimat yang telah dibuat siswa.

Kelebihan;
  • Menjalin kerjasama antara satu siswa dengan siswa yang lain dalam belajar bahasa target.
  • Meningkatkan kepercayaan diri dalam mempelajari bahasa target.
  • Si learner dalam pembelajaran CLL ini akan merasa bebas mengekspresikan apa yang ingin mereka katakan dalam bahasa asli mereka ke bahasa target

Kelemahan;
  • Kesuksesan metode ini tergantung keahlian counselor dalam menerjemahkan.
  • Proses merekam dapat menimbulkan berbagai kesulitan pada siswa yang tidak lazim dengan rekaman.

4 komentar:

alpucket mengatakan...

terimakasih

alpucket mengatakan...

posting terus lahh

Dinda Kusumaning Ayu mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Ezra mengatakan...

Mau tanya CLL ini approach atau method?

Posting Komentar