Translate

Jumat, 26 September 2014

NATURAL APPROACH



Latar Belakang
Natural Approach adalah salah satu metode pengajaran yang dikemukakan oleh seorang linguist bernama Stephan Krashen. Istilah NA atau pendekatan alamiah didasarkan atas pandangan bahwa penguasaan (mastery) suatu bahasa lebih banyak bertumpu pada pemerolehan (acquisition) bahasa itu dalam konteks yang alamiah dan kurang pada pembelajaran aturan-aturan yang secara sadar dipelajari satu persatu.

Pendekatan
Dalam teori pembelajaran NA, Krashen menjelaskan tentang 5 hipotesisnya:
  • Acquisition/Learning Hypothesis

Untuk memperoleh bahasa kedua pada orang dewasa, ada dua cara, yakni: (1) melalui pemerolehan, dan (2) melalui pembelajaran. Pemerolehan (acquisition) terjadi dalam interaksi sehari-hari (pergaulan) karena bahasa tersebut digunakan dalam komunikasi. Pemerolehan bahasa dilakukan dengan tidak disadari atau di bawah sadar bahwa seseorang sedang terlibat di dalam situasi pemerolehan bahasa. Ini terjadi seperti pemerolehan bahasa ibu (B1) yang terjadi pada seorang anak. Oleh karena itu, peranan lingkungan bahasa menjadi hal yang terpenting dalam pemerolehan bahasa.
  • Monitor Hypothesis

Menurut hipotesis ini, bahwa bahasa yang diperoleh dari hasil belajar dengan sadar hanya berguna untuk memonitor perilaku bahasa yang dipelajari (B2). Pengetahuan tentang B2 yang dimiliki dari hasil belajar hampir tidak bisa digunakan dalam berkomunikasi dalam bahasa kedua (B2), sebab pengetahuan B2 belum mampu memenuhi seluruh kaidah yang diperlukan. Untuk itu, pengetahuan dari B1 yang digunakan dalam berkomunikasi tersebut. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar monitor bermanfaat, di antaranya:
  1. Penutur (pembicara) harus memiliki waktu yang cukup untuk mengulangi percakapan, dan memikirkan kaidah bahasa (B2).
  2. Penutur harus memikirkan unsur-unsur yang benar, bentuk dan juga isi pesan yang dikomunikasikan.
  3. Penutur harus mengetahui seluruh kaidah bahasa yang akan digunakan.

  • Natural Order Hypothesis

Hipotesis ini memandang bahwa terdapat persamaan urutan pemerolehan struktur gramatikal antara belajar B1 dengan belajar B2, meskipun tidak dapat dipastikan untuk setiap penerimanya. Struktur gramatikal tertentu cenderung diperoleh lebih cepat atau mungkin lambat dari struktur gramatikal yang lain. Apabila itu terdapat keparalelan dengan B1, maka struktur gramatikal yang terdapat dalam B2 akan lebih cepat diperoleh.
  • Input Hypothesis

Menurut hipotesis ini, pemerolehan bahasa terjadi apabila masukan (input) yang diterima lebih besar dari yang sudah dimiliki. Artinya, pemerolehan bahasa yang diajarkan akan bermanfaat bagi siswa apabila bahan ajar yang disajikan melebihi dari apa yang dimiliki oleh siswa. Hal itu dirumuskan menjadi i + 1. Perpindahan dari tahap i (i adalah pengetahuan atau kompetensi awal siswa) ke tahap i + 1 (i + 1 adalah tingkat yang secara langsung mengikuti i selama mengikuti urutan-urutan alamiah) dengan memahami isi bahasa i + 1. Dengan kata lain, apabila input memadai dan dipahami (aktivitas pembelajaran bahasa kedua) maka hasilnya (siswa) berada pada tahap i + 1.
  • Affective Filter Hypothesis

Menurut hipotesis saringan filter afektif bahwa variabel sikap memegang peranan penting dalam pemerolehan bahasa kedua, tetapi tidak untuk pengajaran bahasa. Faktor sikap dapat berhubungan dengan pemerolehan bahasa kedua apabila pembelajaran memiliki sikap terbuka kepada input. Adapun caranya: Penutur (pembicara) dengan sikap optimal mempunyai saringan afektif yang rendah. Filter (saringan afektif) yang rendah artinya penutur lebih terbuka terhadap masukan (input) dan memberikan pengaruh yang lebih kuat. Dengan kata lain pengajaran  bahasa kedua (input) akan diterima oleh siswa, apabila siswa memiliki motivasi yang tinggi dan sikap yang positif. Siswa akan memperbesar saringan afektif (filter afektif) apabila siswa termotivasi dan terbangkitkan sikap positifnya pada pengajaran bahasa. Hal itu yang perlu diupayakan dalam pengajaran bahasa sehingga pengajaran tersebut mencapai hasil yang optimal.

Desain
Tujuan
NA bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa target dalam berbagai skill (reading, writing, listening, or speaking) atau setidaknya kita akan mengerti jika seseorang berbicara menggunakan bahasa target.
Aktivitas
Proses pembelajaran pada NA ini diadaptasi dari berbagai metode pembelajaran lainnya, misalnya instruksi atau perintah yang diberikan dasarnya adalah TPR, mimic, gesture, and konteksnya dari direct method, dsb.
Peranan Guru, Siswa, dan Materi
Dalam metode ini, seorang guru mnjadi primary source dan mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan berbagai realia.

Prosedur
  1. Dimulai dengan aba-aba TPR, seperti “stand up, turn around, atau raise your right hand.
  2. Menggunakan TPR untuk mengajarkan nama anggota tubuh dan nomor2.
  3. Mengenalkan benda-benda yang ada di kelas dengan menggunakan aba-aba TPR.
  4. Mengenalakan karakteristik fisik yang dimiliki siswa-siswa di kelas.
  5. Menggunakan alat visual, seperti gambar pada majalah, untuk mengenalkan kosakata baru.
  6. Menggabungkan gambar dan TPR.
  7. Menggabungkan observasi tentang gambar dengan perintah.
  8. Menggunakan beberapa gambar, guru memint siswa untuk mendeskripsikan gambar tersebut.

4 komentar:

Faiz mengatakan...

Terima kasih banyak atas penjelasannya.

Unknown mengatakan...

Good

Marta mengatakan...

Welldone.

www.azeraa19.blogspot.com mengatakan...

terimakasih

Posting Komentar